Kamis, 01 November 2012

Tentang Akulturasi



I.I Masalah yang Timbul dalam Akulturasi

Dalam meneliti akulturasi, ada lima golongan masalah mengenaiakulturasi, yaitu :

1. masalah mengenai metode-metode untuk mengobservasi, mencatat,dan melukiskan suatu proses akulturasi dalam suatu masyarakat.

2. masalah mengenai unsur-unsur kebudayaan asing apa yangmudah diterima, dan unsur-unsur kebudayaan asing apa yang sukar diterima oleh masyarakat penerima.

3. masalah mengenai unsur-unsur kebudayaan apa yang mudah digantiatau diubah, dan unsur-unsur apa yang tidak mudah diganti ataudiubah oleh unsur-unsur kebudayaan asing4.masalah mengenai individu-individu apa yang suka dan cepatmenerima, dan individu-individu apa yang sukar dan lambat menerimaunsur-unsur kebudayaan asing;5. masalah mengenai ketegangan-ketegangan dan krisis-krisis sosial yang timbul sebagai akibatakulturas

I.I Hal-hal Penting Mengenai Akulturasi
Hal-hal yang sebaiknya diperhatikan oleh para peneliti yang akanmeneliti akulturasi adalah :
1. keadaan masyarakat penerima sebelum proses akulturasi mulaiberjalan; Bahan mengenai keadaan masyarakat penerimasebenarnya merupakan bahan tentang sejarah dari masyarakat yangbersangkutan. Apabila ada sumber-sumber tertulis, maka bahanitu dapat dikumpulkan dengan menggunakan metode yang biasadipakai oleh para ahli sejarah. Bila sumber tertulis tidak ada,peneliti harus mengumpulkan bahan tentang keadaan masyarakatpenerima yang kembali sejauh mungkin dalam ruang waktu, misalnyadengan proses wawancara. Dengan demikian, seorang peneliti dapat mengetahui keadaan kebudayaan masyarakat penerimasebelum proses akulturasi mulai berjalan. Saat inilah yang disebut“titik permulaan dari proses akulturasi” atau base line of acculturation

 2. Individu-individu dari kebudayaan asing yang membawa unsur-unsur kebudayaan asing; Individu-individu ini disebut juga agents of acculturation. Pekerjaan dan latar belakang dari agents of acculturation inilah yang akan menentukan corak kebudayaan danunsur-unsur apa saja yang akan masuk ke dalam suatu daerah. Halini terjadi karena dalam suatu masyarakat, apalagi jika masyarakat ituadalah masyarakat yang luas dan kompleks, warga hanyamengetahui sebagian kecil dari kebudayaannya saja, biasanya yangberkaitan dengan profesi dan latar belakang warga tersebut.

3.Saluran-saluran yang dilalui oleh unsur-unsur kebudayaan asinguntuk masuk ke dalam kebudayaan penerima;Hal ini penting untukmengetahui gambaran yang jelas dari suatu proses akulturasi.Contohnya adalah apabila kita ingin mengetahui proses yang harusdilalui oleh kebudayaan pusat untuk masuk ke dalam kebudayaandaerah, maka saluran-salurannya adalah melalui sistem propagandadari partai-partai politik, pendidikan sekolah, garis hirarki pegawaipemerintah, dan lain-lain.

4. Bagian-bagian dari masyarakat penerima yang terkena pengaruhunsur-unsur kebudayaan asing tadi;Kadang, unsur-unsur kebudayaanasing yang diterima tiap golongan-golongan dalam masyarakatberbeda-beda. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui bagian-bagian mana dari masyarakat penerima yang terkena pengaruhunsur-unsur kebudayaan asing tersebut.

5.Reaksi para individu yang terkena unsur-unsur kebudayaanasing,Terbagi menjadi 2 reaksi umum, yaitu reaksi “kolot” dan reaksi“progresif”. Reaksi “kolot” adalah reaksi menolak unsur-unsur kebudayaan asing, yang pada akhirnya akan menyebabkanpengunduran diri pihaknya dari kenyataan kehidupan masyarakat,kembali ke kehidupan mereka yang sudah kuno. Reaksi “progresif”adalah reaksi yang berlawanan dengan”kolot”, reaksi yang menerimaunsur-unsur kebudayaan asing
 

I.III
Contoh-contoh Akulturasi

1.Kereta Singo Barong (Cirebon)
Kereta Singa Barong, yang dibuat pada tahun 1549, merupakanrefleksi dari persahabatan Cirebon dengan bangsa-bangsa lain. Wajahkereta ini merupakan perwujudan tiga binatang yang digabung menjadisatu, gajah dengan belalainya, bermahkotakan naga dan bertubuhhewan burak. Belalai gajah merupakan persahabatan dengan Indiayang beragama Hindu, kepala naga melambangkan persahabatandengan Cina yang beragama Buddha, dan badan burak lengkapdengan sayapnya, melambangkan persahabatan dengan Mesir yangberagama Islam. Kereta ini dibuat oleh seorang arsitek keretaPanembahan Losari dan pemahatnya Ki Notoguna dari Kaliwulu.Pahatan pada kereta itu memang detail dan rumit. Mencirikan budayakhas tiga negara sahabat itu, pahatan wadasan dan megamendungmencirikan khas Cirebon, warna-warna ukiran yang merah-hijaumencitrakan khas Cina. Dalam kereta itu, tiga budaya (Buddha, Hindu,dan Islam) digambarkan menjadi satu dalam trisula di belalai gajah.

2.Keraton Kasepuhan Cirebon
Bangunan arsitektur dan interior Keraton Kasepuhanmenggambarkan berbagai macam pengaruh, mulai dari gaya Eropa,Cina, Arab, maupun budaya lokal yang sudah ada sebelumnya, yaituHindu dan Jawa. Semua elemen atau unsur budaya di atas melebur pada bangunan Keraton Kasepuhan tersebut. Pengaruh Eropa tampakpada tiang-tiang bergaya Yunani. Arsitektur gaya Eropa lainnyaberupa lengkungan ambang pintu berbentuk setengah lingkaranyang terdapat pada bangunan Lawang Sanga (pintu sembilan).Pengaruh gaya Eropa lainnya adalah pilaster pada dinding-dindingbangunan, yang membuat dindingnya lebih menarik tidak datar. Gayabangunan Eropa juga terlihat jelas pada bentuk pintu dan jendela padabangunan bangsal Pringgondani, berukuran lebar dan tinggi sertapenggunaan jalusi sebagai ventilasi udara.Bangsal Prabayasaberfungsi sebagai tempat menerima tamu-tamu agung. Bangunantersebut ditopang oleh tiang saka dari kayu. Tiang saka tersebut diberi
hiasan motif tumpal yang berasal dari Jawa. Pengaruh arsitektur Hindu-Jawa yang jelas menonjol adalah bangunan Siti Hinggil yangterletak di bagian paling depan kompleks keraton. Seluruhbangunannya terbuat dari konstruksi batu bata seperti lazimnyabangunan candi Hindu. Kesan bangunan gaya Hindu terlihat kuatterutama pada pintu masuk menuju kompleks tersebut, yaitu berupagapura berukuran sama atau simetris antara bagian sisi kiri dan kananseolah dibelah. Pada dinding kiri dan kanan bangsal Agung diberihiasan tempelan porselen dari Belanda berukuran kecil 110 x 10 cmberwarna biru (blauwe delft) dan berwarna merah kecoklatan. Padabagian tengahnya diberi tempelan piring porselen Cina berwarnabiru. Lukisan pada piring tersebut melukiskan seni lukis Cina denganteknik perspektif yang bertingkat. Secara keseluruhan, warna keratontersebut didominasi warna hijau yang identik dengan simbol Islami.Warna emas yang digunakan pada beberapa ornamen melambangkankemewahan dan keagungan dan warna merah melambangkankehidupan ataupun surgawi. Bangunan Keraton Kasepuhanmenyiratkan perpaduan antara aspek fungsional dan simbolis maupunbudaya lokal dan luar. Mencerminkan kemajemukan gaya maupunkekayaan budaya bangsa Indonesia.


3.Barongsai


Kesenian Barongsai, yang awalnya berasal dari KebudayaanTionghoa, kini telah berakulturasi dengan kesenian lokal.


1 komentar:

  1. kita juga punya nih artikel mengenai 'Akulturasi', silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya
    http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1571/1/Artikel_10504179.pdf
    trimakasih
    semoga bermanfaat

    BalasHapus